Kisah Mi'raj Nabi Muhammad SAW

isra miraj

Setiap tahun kita selalu memperingati Isra' Mi'raj Nabi Muhammad Saw, dan wajib bagi kita kaum muslim untuk beriman atas peristiwa tersebut.  Isra' Mi'raj adalah perjalanan pada malam hari Nabi Muhammad Saw dari Masjidil Haram di Mekah ke Masjid Al Aqsa di Yerusalem Palestina, lalu dilanjutkan menuju langit ke Sidratul Muntaha dengan tujuan menerima perintah shalat dari Allah Swt.

Berikut adalah hadits riwayat Bukhari tentang peristiwa mi'raj Nabi Muhammad Saw :


Diriwayatkan dari Anas bin Malik:
Malik bin Sha’sha’ah berkata bahwa Rasulullah Saw mendeskripsikan kepada mereka perihal perjalanan malamnya (dengan berkata) : “pada saat aku berbaring di Al – Hathim atau Al – Hijr, tiba-tiba seseorang datang dan membelah tubuhku dari sini kesini”. Perawi hadis ini berkata, “yaitu mulai dari daerah kerongkongan hingga di sekitar pinggang Nabi Saw”. (lebih jauh Nabi Saw bersabda), “kemudian ia mengambil jantungku. Sebuah nampan emas penuh dengan keimanan dibawa ke hadapanku. Kemudian jantungku dicuci dan diisi (dengan iman) lalu dikembalikan ke tempatnya. Kemudian seekor binatang putih yang lebih kecil  dari seekor baghal dan lebih besar dari seekor keledai dibawa ke hadapanku”. Perawi hadis ini berkata, “itu adalah Buraq”.

Kemudian Nabi Saw bersabda, “Langkah yang diayunkan hewan itu (sedemikian lebarnya) hingga dapat mencapai sebuah tempat yang lebih jauh dari jangkauan pandangannya. Aku mengendarai binatang itu ditemani Jibril hingga tiba di langit terdekat. Ketika ia meminta pintu langit dibuka, penjaganya bertanya, ‘siapa?’ Jibril menjawab, ‘Jibril’. Ia bertanya, ‘siapa yang bersamamu?’ Jibril menjawab, ‘Muhammad’. Ia bertanya lagi, ‘apakah Muhammad dipanggil?’ Jibril membenarkan. Kemudian dikatakan kepadanya, ‘selamat datang. Sungguh kunjungan yang menyenangkan.’

Pintu langit dibuka dan kulihat disana Adam. Jibril berkata, ‘ini adalah ayahmu, Adam. Berilah ia salam’. Maka aku memberikan salam dan ia membalas salamku dan berkata, ‘selamat datang wahai anak yang saleh dan Nabi yang saleh’. Lalu aku dan Jibril naik ke langit kedua. Jibril meminta pintu langit dibuka. Penjaganya bertanya, ‘siapa?’ Jibril menjawab, ‘Jibril’. Ia bertanya, ‘siapa yang bersamamu?’ Jibril berkata, ‘Muhammad’. Ditanyakan kepadanya, ‘apakah Muhammad dipanggil?’ Jibril membenarkan. Ia berkata, ‘selamat datang, sungguh kunjungan yang menyenangkan.’ Pintu terbuka.

Saat kumasuki langit kedua, disana kulihat Yahya dan Isa; keduanya adalah saudara sepupu. Jibril berkata, ‘ini adalah Yahya dan Isa. Berilah mereka salam’. Maka aku member mereka berdua salam dan mereka menjawab salamku seraya berkata, ‘selamat datang wahai saudara yang shaleh dan Nabi yang shaleh’.

Kemudian aku dan Jibril naik ke langit ketiga dan minta pintu langit dibuka. Penjaganya bertanya, ‘siapa?’ Jibril menjawab, ‘Jibril’. Ia bertanya, ‘siapa yang bersamamu?’ Jibril berkata, ‘Muhammad’. Ditanyakan kepadanya, ‘apakah Muhammad dipanggil?’ Jibril membenarkan. Ia berkata, ‘selamat datang, sungguh kunjungan yang menyenangkan.’ Pintu terbuka. Dan ketika kumasuki pintu langit ketiga, disana kulihat Yusuf. Jibril berkata, ‘ini adalah Yusuf. Berilah ia salam’. Maka aku memberi ia salam dan ia membalas salamku seraya berkata, ‘selamat datang wahai saudara yang shaleh dan Nabi yang shaleh’.

Kemudian aku dan Jibril naik ke langit keempat dan minta pintu langit dibuka. Penjaganya bertanya, ‘siapa?’ Jibril menjawab, ‘Jibril’. Ia bertanya, ‘siapa yang bersamamu?’ Jibril berkata, ‘Muhammad’. Ditanyakan kepadanya, ‘apakah Muhammad dipanggil?’ Jibril membenarkan. Ia berkata, ‘selamat datang, sungguh kunjungan yang menyenangkan.’ Pintu terbuka. Dan ketika kumasuki pintu langit keempat, disana kulihat Idris. Jibril berkata, ‘ini adalah Idris. Berilah ia salam’. Maka aku memberi ia salam dan ia membalas salamku seraya berkata, ‘selamat datang wahai saudara yang shaleh dan Nabi yang shaleh’.

Kemudian aku dan Jibril naik ke langit kelima dan minta pintu langit dibuka. Penjaganya bertanya, ‘siapa?’ Jibril menjawab, ‘Jibril’. Ia bertanya, ‘siapa yang bersamamu?’ Jibril berkata, ‘Muhammad’. Ditanyakan kepadanya, ‘apakah Muhammad dipanggil?’ Jibril membenarkan. Ia berkata, ‘selamat datang, sungguh kunjungan yang menyenangkan.’ Pintu terbuka. Dan ketika kumasuki pintu langit kelima, disana kulihat Harun. Jibril berkata, ‘ini adalah Harun. Berilah ia salam’. Maka aku memberi ia salam dan ia membalas salamku seraya berkata, ‘selamat datang wahai saudara yang shaleh dan Nabi yang shaleh’.

Kemudian aku dan Jibril naik ke langit keenam dan minta pintu langit dibuka. Penjaganya bertanya, ‘siapa?’ Jibril menjawab, ‘Jibril’. Ia bertanya, ‘siapa yang bersamamu?’ Jibril berkata, ‘Muhammad’. Ditanyakan kepadanya, ‘apakah Muhammad dipanggil?’ Jibril membenarkan. Ia berkata, ‘selamat datang, sungguh kunjungan yang menyenangkan.’ Pintu terbuka. Dan ketika kumasuki pintu langit keenam, disana kulihat Musa. Jibril berkata, ‘ini adalah Musa. Berilah ia salam’. Maka aku memberi ia salam dan ia membalas salamku seraya berkata, ‘selamat datang wahai saudara yang shaleh dan Nabi yang shaleh’.

Ketika kutinggalkan, ia (Musa) menangis. Seseorang bertanya kepadanya, ‘mengapa kamu menangis?’ Musa berkata, ‘aku menangis karena setelah aku, Allah mengutus seorang Rasul (Muhammad Saw) yang jumlah pengikutnya yang masuk surga jauh lebih besar daripada jumlah pengikutku.

Kemudian aku dan Jibril naik ke langit ketujuh dan minta pintu langit dibuka. Penjaganya bertanya, ‘siapa?’ Jibril menjawab, ‘Jibril’. Ia bertanya, ‘siapa yang bersamamu?’ Jibril berkata, ‘Muhammad’. Ditanyakan kepadanya, ‘apakah Muhammad dipanggil?’ Jibril membenarkan. Ia berkata, ‘selamat datang, sungguh kunjungan yang menyenangkan.’ Pintu terbuka. Dan ketika kumasuki pintu langit ketujuh, disana kulihat Ibrahim. Jibril berkata, ‘ini adalah ayahmu, Ibrahim. Berilah ia salam’. Maka aku memberi ia salam dan ia membalas salamku seraya berkata, ‘selamat datang wahai saudara yang shaleh dan Nabi yang shaleh’.

Kemudian aku naik ke Sidrat al-Muntaha. Wahai ! buah-buahannya bagaikan pundi-pundi Hajar. Daun-daunnya lebar nian, selebar telinga gajah. Wahai ! ada empat sungai mengalir disana, dua tersembunyi dan dua jelas tertangkap pelupuk mata. Aku bertanya, ‘sungai-sungai apa ini Jibril?’ Jibril berkata, ‘dua sungai yang tersembunyi adalah sungai-sungai surga, dan dua yang terlihat adalah Nil dan Eufrat’.

Lalu Bait Al-Ma’mur diperlihatkan kepadaku. Tujuh puluh ribu malaikat masuk kedalamnya setiap hari. Kemudian bejana-bejana berisi khamar, susu dan madu dibawa kehadapanku. Aku memilih bejana berisi susu. Jibril berkata, ‘ini adalah agama islam yang akan diikuti olehmu dan pengikutmu’. Kemudian perintah shalat diberikan kepadaku: lima puluh waktu dalam sehari semalam.

Ketika aku kembali, aku bertemu Musa yang bertanya, ‘apa yang diperintahkan Tuhanmu kepadamu?’ aku berkata, ‘aku diperintahkan mengerjakan shalat lima puluh waktu sehari semalam’. Musa berkata, ‘umatmu tidak akan sanggup melakukannya. Demi Allah, aku pernah mencobakannya kepada orang-orang sebelummu dan aku pernah mencobakannya kepada orang-orang terbaik dari Bani Israil. Kembalilah kepada Tuhanmu, mintalah kepada-Nya keringanan’.

Maka aku pun kembali dan Allah mengurangi perintah shalat hingga sepuluh waktu dari sebelumnya. Kemudian aku bertemu Musa dan ia mengatakan hal yang sama seperti yang ia katakana sebelumnya. Aku kembali menemui Allah dan meminta menguranginya sepuluh waktu lagi. Aku bertemu Musa lagi dan kembali ia mengatakan kepadaku apa yang ia katakan sebelumnya. Aku pun menemui Allah dan meminta menguranginya sepuluh (waktu) sehari semalam. Ketika aku kembali, aku bertemu Musa yang memberiku nasihat yang sama. Maka aku pun kembali menemui Allah dan Dia memberikan perintah mengerjakan shalat lima (waktu) sehari semalam. Ketika aku kembali, aku bertemu Musa dan ia berkata, ‘Bagaimana?’ aku berkata, ‘aku diperintahkan mengerjakan shalat lima waktu sehari semalam’. Ia berkata, ‘umatmu tidak akan sanggup, dan sesungguhnya aku belajar dari pengalaman orang-orang sebelummu, dan aku telah mencobakannya pada orang-orang terbaik dari Bani Israil, maka kembalilah kepada Tuhanmu dan mintalah kepada-Nya keringanan untuk umatmu’. Aku berkata, ‘aku telah meminta terlalu banyak dari Tuhanku dan itu membuatku malu tetapi aku rasa sekarang aku merasa gembira dan berserah diri kepada perintah Allah’. Ketika aku pergi, aku mendengar sebuah suara berkata, ‘Aku telah memberikan perintah-Ku dan telah mengurangi beban para hamba-Ku’.

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Kisah Mi'raj Nabi Muhammad SAW"

Posting Komentar

silakan berkomentar. No SARA. jangan memasang link hidup di dalam isi komentar atau akan dihapus.