Ilmu, Amal dan Isbal

Banyak ilmu tapi kurang amal, maka sebagian ilmu yang tidakdiamalkan akan menjadi pemberat dosanya. Sedangkan amal tanpa ilmu, bisa menjadi pahala, bisa menjadi dosa.

Saya pribadi memang tidak terlalu menuntut ilmu agama secara intensif. Karena ketika saya mendapatkan satu ilmu baru, itu langsung saya amalkan. Jadi memang sengaja saya tidak menuntut ilmu agama secara intensif dan banyak-banyak. Sebab saya takut tak bisa mengamalkannya secara bersamaan dan kontinyu.

Contoh; belum lama ini saya membaca artikel tentang larangan isbal, yaitu memanjangkan pakaian hingga melebihi mata kaki untuk kaum pria. Ternyata larangan itu tidak banyak yang tahu termasuk saya. Atau mungkin sudah banyak yang tahu tapi tidak diamalkan dalam kehidupan sehari-hari. Karena hal ini menyangkut perubahan cara berpakaian sehari-hari. Ketika selesai saya membaca artikel itu, celana panjang langsung saya lipat hingga diatas mata kaki. Walau jadinya kelihatan agak aneh ketika saya pakai sepatu dengan celana yang bagian bawahnya jadi lebih tinggi. Mungkin hanya perlu pembiasaan.

Istiqomah dengan tak ber isbal ini saja sudah lumayan berat, mengingat pekerjaan saya menuntut saya untuk berhubungan dengan kantor-kantor. Dan semua celana saya belum dimodifikasi,  sehingga belum bisa saya istiqomahkan ketika saat bekerja. Kalau di rumah atau jalan ke tempat lain, saya bisa untuk tak berisbal. Saya harap ada seorang desainer pakaian muslim yang mau mendesain celana non isbal yang modis dan keren, yang bisa dipakai untuk acara formal dan untuk dijadikan pakaian kerja sehari-hari.


Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Ilmu, Amal dan Isbal"

Posting Komentar

silakan berkomentar. No SARA. jangan memasang link hidup di dalam isi komentar atau akan dihapus.